Terasmedia.co JAKARTA – Kepolisian diharapkan bertindak cepat dan mampu mendeteksi sedini mungkin potensi polemik di tengah masyarakat, terutama yang terkait dengan isu agama dan politik, guna menjaga stabilitas kamtibmas menjelang Pemilu 2024.
Menurut budayawan Kidung Tirto Suryo Kusumo, selama ini isu agama dan politik sering menimbulkan polemik, bahkan konflik, apabila tidak cepat diantisipasi serta ditangani dengan baik oleh pemerintah, termasuk aparat keamanan.
“Jangan sampai polemik dibiarkan berlarut-larut sehingga memicu polarisasi bahkan konflik horisontal. Oleh sebab itu, pemerintah di tingkat pusat maupun daerah, khususnya aparat keamanan, harus memiliki sense of crisis dan proaktif mencegah konflik di tengah masyarakat,” ujarnya, Rabu (12/7/2023).
Kidung Tirto mengatakan perbedaan pendapat merupakan sesuatu yang biasa terjadi di negara demokratis seperti Indonesia, tetapi perlu dimonitor dan dikendalikan dengan baik agar tidak menimbulkan polemik, polarisasi bahkan perpecahan antar anak bangsa.
“Sejarah membuktikan bahwa perbedaan pendapat, terutama yang terkait dengan isu agama dan politik, dapat menimbulkan polarisasi di masyarakat. Kedua isu ini juga sangat rentan dimanipulasi dan sensitif karena terkait dengan keyakinan individu atau kelompok,” ungkap spiritualis asal Gunung Lawu ini.
Dia menilai pemerintah selama ini cukup bijak dalam menyikapi polemik di masyarakat, tidak hanya isu agama dan politik, tetapi juga terkait permasalahan ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan kemasyarakatan
Sebagai contoh, pro dan kontra kebijakan Omnibus Law dan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) tidak berkembang menjadi konflik. Begitu juga isu keagamaan yang mencuat akhir-akhir ini, seperti perbedaan penetapan Hari Raya, kasus Pesantren Al-Zaytun, hingga perdebatan tentang nasab habib (keturunan Nabi).
“Isu-isu politik bahkan lebih ramai lagi, apalagi menjelang Pemilu. Bahkan sering kita temui isu liar atau berita hoax di media sosial yang bisa memancing konflik. Di sinilah peran pemerintah melalui instansi terkait untuk mencegah dan bertindak guna mencegahnya,” ungkap Kidung Tirto.
Dia menilai Kepolisian selama ini cukup sigap dan bijak dalam menyikapi isu-isu yang berkembang di tengah masyarakat, bahkan yang sempat viral di media sosial. “Berdasarkan pengamatan, polisi responsif menindaklanjuti informasi dari masyarakat termasuk dari media sosial yang sering viral. Ini salah satu contoh langkah cepat Polri mengantisipasi potensi polemik,” ujarnya.
Menurut dia, jajaran Polri mulai dari tingkat pusat hingga daerah kini semakin kompak selaras dengan program Presisi yang dicanangkan oleh Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo.
“Polri berhasil melalui ujian yang cukup berat beberapa waktu lalu dan meraih kembali kepercayaan masyarakat. Momentum ini kesempatan baik bagi Polri untuk meningkatkan kinerjanya dalam melayani masyarakat,” lanjut Kidung Tirto.
Dia berharap Polri selalu terbuka mendengar masukan dan keluhan masyarakat, termasuk menerima kritik dalam rangka perbaikan institusi. Sinergitas Polri dengan para pemangku kepentingan juga perlu diperkuat, baik dengan lembaga/institusi lain, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, media, maupun masyarakat.
Secara khusus, Kidung Tirto mengapresiasi kinerja beberapa Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) yang dinilai mampu menjalankan program Presisi Kapolri dengan sangat baik, di antaranya Kapolda Lampung Irjen Pol. Helmy Santika SH SIK MSi dan Kapolda Jawa Timur Irjen Pol. Dr. Toni Harmanto MH.
“Kedua Kapolda itu dikenal humanis, tetapi tegas dalam penegakan hukum. Banyak program dan kegiatan yang mereka jalankan sesuai dengan arahan Kapolri dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dan penegakan hukum,” ungkap Kidung Tirto.
Dia mengatakan kinerja Polri yang semakin baik dan kepercayaan masyarakat saat ini tidak terlepas dari profesionalitas Kapolri dalam menugasskan personel sesuai dengan kemampuan dan prestasinya.
“Reward dan punishment sudah berjalan di tubuh Polri. Personel berprestasi diapresiasi dan dipromosikan, yang melanggar dikenakan sanksi dan dihukum setimpal,” ujarnya.