Ketertinggalan Islam di Bidang IPTEK Terjadi Karena Kecelakaan Sejarah

Ketertinggalan Islam di Bidang IPTEK Terjadi Karena Kecelakaan Sejarah I Teras Media

Terasmedia.co Yogyakarta – Pendidikan Islam harus berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak hanya bicara tentang Iman dan Taqwa. Ketua PP Muhammadiyah Syamsul Anwar dalam Pengajian Ramadan 1444 H di Yogyakarta, ketertinggalan Islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan konsekuensi dari kecelakaan sejarah di masa lampu.

Syamsul mengatakan bahwa pada abad kesepuluh dan sebelas (945-1055 M), dunia Islam dikuasai kalangan Syiah. Selama 110 tahun Dinasti Buwaihiyah yang bersekte Syiah ini mengendalikan istana Kekhialifahan Abbasiyah. Pada waktu itu, Khalifah tak lebih dari sekadar simbol legitimasi politik, sementara tampuk kekuasaan yang sesungguhnya dikendalikan para amir di bawah Dinasti Buwaihi.

Wilayah di luar istana Abbasiyah, berdiri megah Dinasti Fatimiyah. Setelah mereka berhasil menguasai sebagian kawasan Afrika Utara bahkan sempat mendiami tanah Haram di Madinah, tujuan selanjutnya dan paling utama adalah menguasai Baghdad yang menjadi pusat kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Berkali-kali mereka melakukan propaganda, baik dengan aksi teror maupun debat terbuka.

Bacaan Lainnya

Baca juga : Muhammadiyah Bakal Mengembangkan Lini Bisnisnya dengan Mendirikan Pabrik Infus

 

Setelah 110 tahun Kekhilafahan Abbasiyah dikendalikan Dinasti Buwaihiyah dan berada di bawah bayang-bayang Dinasti Fatimiyah, pergerakan mereka secara politik perlahan mulai meredup. Kondisi ini kemudian dimanfaatkan Dinasti Saljuk dari Turki untuk menguasai Baghdad, dan meneguhkan kembali dominasi Sunni di seluruh wilayah Kekhilafahan Abbasiyah.

Dalam upaya menghapus paham Syiah di lingkungan Abbasiyah, penguasa Dinasti Saljuk Nizham al-Mulk mendirikan lembaga pendidikan di berbagai kota besar Abbasiyah, termasuk Baghdad, Nishapur, Isfahan, Mosul dan Basrah dengan nama Madrasah Nizhamiyah. Sebagai respon terhadap paham Syiah, Madrasah Nizhamiyah lebih menekankan pada pembelajaran agama, terutama yang beraliran teologi Asy’ariyah dan bermazhab fikih Syafii.

Menurut Syamsul, di sinilah letak kecelakaan sejarahnya, yaitu: Madrasah Nizhamiyah tidak didesain untuk mengembangkan ilmu pengetahuan umum. Lembaga pendidikan itu jelas bercorak Sunni dan diarahkan untuk menentang ajaran Syiah yang sempat dibawa para punggawa Dinasti Buwaihiyah dan Fatimiyah. Porsi pembelajaran ilmu agama lebih besar daripada kajian ilmu-ilmu umum.

“Kecelakaan sejarahnya ialah madrasah-madrasah itu tidak mengajarkan ilmu pengetahuan umum. Akhirnya kata Imam Al Ghazali, cari dokter yang muslim saja susah. Karena itu, apa yang disebutkan dalam Risalah Islam Berkemajuan adalah kita perlu mengejar ilmu pengetahuan,” ujar Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga ini. (Hendro)

Ikuti kami di Google News

Pos terkait