Perlu Kerjasama Lintas Sektor dalam Membangun Kedaulatan Pangan Indonesia

Perlu Kerjasama Lintas Sektor dalam Membangun Kedaulatan Pangan Indonesia I Teras Media
Keterangan Foto: H Ayep Zaki

Oleh: Christina Vania Winona, S.I.P

Jakarta – Pada hari Selasa (23/7/2024), Partai NasDem menginisiasi pembentukan mimbar akademik untuk mengakomodasi kepentingan strategis kedaulatan pangan di Indonesia melalui Focus Group Discussion (FGD) yang bertajuk “Penguatan Kebijakan Pangan: Strategi Adaptasi dalam Menghadapi Perubahan Iklim”.

FGD ini menghadirkan 2 (dua) pembicara dari kalangan pemerintah dan akademisi, yaitu Teuku Achmad Iqbal, S.Si., M.Si selaku Ketua Kelompok Substansi Padi Irigasi dan Rawa, Direktorat Serelia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian dan Prof. Subejo, S.P., M.Sc., Ph.D sebagai Guru Besar (Profesor) di Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.

Bacaan Lainnya

Selain itu, FGD ini juga melibatkan Dr. (H.C.) Sulaeman L. Hamzah selaku Anggota DPR RI Fraksi NasDem dan juga H. Ayep Zaki selaku Anggota Bidang Pertanian DPP Partai NasDem untuk memberikan opening dan closing remarks.

Kegiatan ini dimoderatori oleh Marselinus H. Saka, M.A selaku Fasilitator Akademi Bela Negara (ABN) Partai NasDem. Dalam sambutan pembuka, Dr. (H.C). H. Sulaeman L. Hamzah menyampaikan beberapa fakta terkait pertanian di Indonesia dengan menunjukkan angka produksi padi dan komoditas-komoditas lainnya.

Melalui pemaparannya, Sulaeman Hamzah menyatakan jika permasalahan pangan bernilai krusial untuk bangsa Indonesia dalam waktu kedepannya. Oleh karena itu, sebagai warga dan juga wakil rakyat, menjadi penting untuk memastikan kesejahteraan masyarakat sesuai amanat UUD 1945.

Pemaparan substansi pertama diisi oleh Teuku Achmad Iqbal, S.Si., M. Si. Dalam diskusinya, Teuku Iqbal menyampaikan jika krisis pangan di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor yang berada dalam level nasional dan internasional, yaitu kekeringan (El Nino), penurunan pasar biji-bijian, pemberhentian ekspor besar oleh produsen, peningkatan permintaan pasca COVID-19, peningkatan inflasi di beberapa negara, serta pengaruh geopolitik yang disebabkan oleh konflik Rusia dan Ukraina.

Lebih spesifiknya lagi, Teuku Iqbal menyampaikan jika faktor penyebab produksi padi turun antara lain adalah persoalan pupuk bersubsidi yang belum tepat sasaran dan tidak sesuai dengan asas keadilan, penuaan Alsintan, peningkatan keperluan untuk rehabilitasi saluran irigasi, pengurangan bibit unggul, dan penurunan anggaran.

Sebagai perwakilan dari Kementerian Pertanian, Teuku Iqbal menyampaikan beberapa langkah mitigasi untuk meningkatkan produksi padi, yaitu inovasi teknologi, perbaikan mekanisasi, peningkatan jumlah lahan, perbaikan benih/VUB, perbaikan pupuk, dan peningkatan mekanisme pemompaan air.

Selanjutnya, beliau juga menyampaikan skenario pencapaian yang direncanakan oleh Kementerian Pertanian yang terdiri dari kebijakan jangka pendek (swasembada), kebijakan jangka panjang (peningkatan cadangan, ekspor dan bantuan pangan kemanusiaan), serta kebijakan hulu hilir Satu Komando.

Selanjutnya, dengan memberikan perspektif dari akademisi, Prof. Subejo, S.P., M.Sc., Ph.D menyampaikan bahan diskusi terkait problematika pangan global dan nasional, dampak perubahan iklim dan kontribusi sektor pertanian, serta strategi prospektif. Menurut Prof. Subejo, saat ini usaha pertanian di Indonesia masih belum efisien dan boros sumber daya.

Permasalahan utama paling mengkhawatirkan adalah petani pangan di Indonesia semakin menua. Hal ini disebabkan oleh pendidikan formal terkait pertanian dan praktik petani masih rendah. Di samping itu, krisis pangan dan peningkatan ancaman produksi pertanian juga disebabkan oleh perubahan iklim global.

Sebagai usulan solusi, Prof. Subejo menyampaikan jika sumber daya air merupakan salah satu determinan utama produksi pertanian. Prospeknya adalah melalui pengembangan air permukaan untuk irigasi dan pemanenan air hujan dengan embung mikro dan connected long storage pond. Praktik ini sudah dilakukan di beberapa daerah perbukitan di Yogyakarta.

Selain itu, beliau juga menyampaikan bahwa dibutuhkan model skema pertanian terpadu sebagai inovasi baru, yaitu kolaborasi antara kegiatan pertanian yang dijalankan bersamaan dengan kegiatan peternakan serta kegiatan produksi hasil.

Beliau juga menambahkan bahwa peningkatan sumber daya pertanian juga dibutuhkan, misalnya dengan dorongan untuk menambah added value dalam produksi pertanian serta utilisasi TIK (teknologi, informasi dan komunikasi) modern seperti internet untuk memunculkan urban farming yang melibatkan orang muda sehingga sektor pertanian dapat menjadi lebih produktif, efisien, rendah karbon, dan beragam.

Sesi selanjutnya adalah diskusi dengan audiens, Beberapa audiens menyampaikan pertanyaan-pertanyaan kritis seputar topik penyebab dan solusi kelangkaan pupuk di Indonesia, program konkret yang dibuat oleh pemerintah dan akademisi untuk peningkatan ketahanan pangan di Indonesia, serta urgensi pengembangan SDM untuk peningkatan ketahanan pangan di Indonesia.

Sebagai penutup acara, Ayep Zaki menyatakan bahwa saat ini memang Indonesia mengalami banyak permasalahan dari segi ketahanan pangan.

Oleh karenanya, dibutuhkan kontribusi lintas sektor antara pemerintah, praktisi, dan akademisi untuk mengembangkan optimalisasi lahan pangan. Pengembangan ini bisa dilakukan dengan teknologi yang disertai dengan penyuluhan kepada petani.

Selanjutnya, Ayep Zaki juga menitikberatkan peran partai politik sebagai komponen pendukung negara melalui peran legislatif, eksekutif dan konstituennya yang bisa diutilisasi untuk mendorong dan mengawal pengembangan ini untuk perwujudan ketahanan pangan Indonesia.

Ikuti kami di Google News

Pos terkait