Rachmat Gobel Buka Peluang Kerja Sama Pertanian Indonesia dengan Jepang
Gobel juga menyinggung hubungan diplomasi Indonesia-Jepang yang akan memasuki tahun ke-65 pada 2023 mendatang perlu diperkuat dengan kerja sama di bidang pertanian. “Harus ada kado yang bermakna. Pak Dubes menyampaikan kado itu bisa berupa lahan 10 hektar di Hokota untuk dikelola petani Indonesia. Lalu, Pak Sudin menyampaikan Indonesia bisa memberikan 100 hektar lahan di Indonesia untuk dikelola Jepang,” urai Gobel.
Selain itu, Gobel juga mengusulkan agar kerja sama tenaga magang di Hokota bisa ditingkatkan. Menurutnya ini penting agar petani Indonesia bisa praktik bertani yang unggul. Selain itu, kata Gobel, pemerintah perlu mempertimbangkan untuk peserta magang di sektor pertanian yang sudah kembali ke Indonesia, bisa mendapat fasilitas kredit dari pemerintah. Dengan bantuan tersebut, diharapkan mereka bisa langsung mempraktekkan ilmu yang dipelajari selama di Jepang. “Ini harus menjadi perhatian khusus dari menteri pertanian,” tandasnya.
Pada kesempatan itu, delegasi juga berkunjung ke areal pertanian milik salah satu warga Jepang, Kazutoshi Murata. Di lahan seluas dua hektare itu, terdapat sembilan pekerja Indonesia yang berasal dari Singaraja, Bali. Mereka mengaku dikirim Pemda Setempat untuk belajar bagaimana cara bertani yang unggul di Hokota. Di Hokota terdapat 543 orang Indonesia yang sedang magang bertani. “Kami puas dengan kinerja mereka. Mereka rajin dan jujur,” ujar Kishida.
Menurut Kazutoshi Murata, pertanian stroberi kota Hokota unggul karena faktor bibit dan juga pengolahan tanah dan perlakuan terhadap tanaman. Ia menyebutkan sebelum ditanami, selama tiga pekan tanah dipanaskan dengan suhu mencapai 64 derajat celcius. Ini untuk membunuh hama yang ada di tanah serta untuk menyuburkan tanah.
“Kami tidak menggunakan pestisida maupun pupuk kimia. Kuncinya pada pengaturan suhu, keseimbangan keasaman tanah, nutrisi dan pengaturan air. Semuanya menggunakan greenhouse sehingga lebih mudah pengontrolannya,” kata Murata.