Terjadi Gotong Royong Dalam Dugaan Korupsi Lelang Saham PT GBU, Jampidsus Febri Ardiansyah dan Andrew Hidayat, Eks Terpidana Kasus Korupsi Dilaporkan ke KPK

Ngeri, Jampidsus Febri Ardiansyah dan Andrew Hidayat Diduga Terima Suap Dilaporkan ke KPK
Keterangan foto : Sugeng Teguh Santoso, SH, Ketua Indonesia Police Watch, yang memimpin delegasi kepada wartawan di Gedung Merah Putih KPK Jakarta, Selasa (27/5).

Terasmedia.co Jakarta – Berdasarkan kajian Dialog Publik yang diselenggarakan tanggal 15 Mei 2024, terdapat 7 (tujuh) fakta yang berhasil didudukan oleh Koalisi Sipil Selamatkan Tambang (KSST), MAKI, JATAM, IPW, Ekonom Faisal Basri, Praktisi Hukum, Deolipa Yumara, SH yang menggambarkan telah terjadi dugaan penyalahgunaan wewenang dan/atau persekongkolan jahat dan/atau tindak pidana korupsi dalam pelaksanaan lelang Barang Rampasan Benda Sita Korupsi berupa 1 (satu) paket saham PT. Gunung Bara Utama (PT. GBU) oleh PPA Kejagung RI, tanggal 8 Juni 2023, yang dimenangkan oleh PT. Indobara Utama Mandiri (PT. IUM), dengan harga penawaran sebesar Rp. 1,945 Triliun, yang diduga merugikan negara sekitar Rp. 9,7 Triliun.

“Untuk itu pada hari ini, secara bersama-sama kami telah melaporkan kepada KPK (1) ST, Kepala Pusat PPA Kejagung RI selaku Penentu Harga Limit Lelang, (2) Febrie Adriansyah, Jampidsus Kejagung RI selaku Pejabat yang memberikan Persetujuan atas nilai limit lelang, (3) Pejabat DKJN bersama-sama KJPP, selaku pembuat Appraisal, (4) Andrew Hidayat, Budi Simin Santoso, Yoga Susilo diduga selaku Beneficial Owner dan/atau Pemilik Manfaat PT. IUM sebenarnya, yang “bersembunyi” dalam layer ke-6 yakni PT. MMS GI. “Ironis dan memprihatinkan. Aparat penegak hukum yang berwenang memberantas korupsi, tetapi diduga nyambi korupsi, “ demikian Sugeng Teguh Santoso, SH, Ketua Indonesia Police Watch, yang memimpin delegasi kepada wartawan di Gedung Merah Putih KPK Jakarta, Senin (27/5).

FAKTA PERTAMA, menurut Sugeng Teguh Santoso, SH, PT. IUM diduga sengaja didirikan oleh Andrew Hidayat pada tanggal 19-12-2022, atau 10 hari sebelum Penjelasan Lelang (aanwijzing), untuk dipersiapkan menjadi pemenang lelang. Andrew Hidayat lalu menunjuk sejumlah nominee atau boneka yang tidak memenuhi kualifikasi dari aspek Personality dan Party untuk duduk selaku direksi dan komisaris. Pemegang saham di perseroan dengan diatasnamakan PT. MPN dan PT. SSH. Kedudukan nominee-nominee pada PT. IUM dan PT. GBU merupakan bentuk “penyelundupan hukum” bertentangan dengan pasal 33 UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal jo Pasal 48 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 tentang PT, yang diduga dimaksudkan untuk “menyembunyikan dan menyamarkan” kekayaan yang bersumber dari tindak pidana pencucian uang. PT. IUM selain tidak memiliki Laporan Keuangan 3 (tiga) tahun terakhir, yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Independen, dari aspek teknis, administratif, teknis, finansial, lingkungan, PT. IUM, sejatinya tidak memenuhi syarat untuk menjadi peserta lelang.

Bacaan Lainnya

FAKTA KEDUA, pembayaran uang lelang oleh PT. IUM sebesar Rp. 1,945 Triliun bersumber dari pinjaman lembaga perbankan milik BUMN dalam hal ini PT. Bank BNI (Persero) Tbk Cabang Menteng, dengan pagu kredit sebesar Rp. 2,4 Triliun.

“Hal ini telah menggambarkan terdapat pengaruh kekuatan politik dan kekuasaan pada level tertentu, yang “bergotong royong” jauh sebelum lelang dilaksanakan dalam lorong-lorong gelap orkestrasi permufakatan jahat” ujar Melky Nahar dari JATAM.

FAKTA KETIGA, nilai total keekonomian dan/atau nilai pasar wajar (fair market value) 1 (satu) paket saham PT. GBU, dengan cadangan Resources 372 juta MT dengan (Total Reserves) sebanyak 101.88 juta MT, berikut infra struktur hauling road 64 km dan Jetty, sedikitnya sebesar Rp. 12 Triliun. Diduga dengan menggunakan modus operandi mark down dan/atau merendahkan nilai limit lelang dari Rp. 12 Triliun, menjadi Rp. 1,945 Triliun.

Boyamin Saiman, SH Koordinator MAKI membandingkan lelang saham PT. GBU, dengan penjualan 100% saham PT. Multi Tambangjaya Utama (PT. MTU), anak perusahaan PT. IE Tbk. Seratus persen saham PT. MTU laku terjual seharga usd 218 juta atau setara Rp. 3,4 Triliun. Padahal Total Reserves PT. MTU hanya sebanyak 25 juta MT, dengan kalori relatif sama dengan PT. GBU. Sedangkan PT. GBU yang memiliki Total Reserves sebanyak 100 juta MT, dengan kualitas infra struktur jauh lebih baik dari PT. MTU hanya laku Rp. 1,945 Triliun.

“Ini tidak logis dan irrasional. Lelang saham PT. GBU berpotensi merugikan negara sedikitnya Rp. 9,7 Triliun, sekaligus memperkaya AH, mantan narapidana kasus korupsi suap, pemilik PT. MHU dan MMS Group, serta menyebabkan pemulihan asset megakorupsi Jiwasraya dalam konteks pembayaran kewajiban uang pengganti Terpidana Heru Hidayat sebesar Rp. 10,728 Triliun menjadi tidak tercapai” tukasnya. “Bila batubara sebanyak 100 juta MT itu seluruhnya diekspor maka nilainya yang dinikmati PT. IUM (AH Dkk) adalah Usd 7.000.000.000,00,- atau setara Rp. 112 Triliun, dengan asumsi harga per MT adalah Usd 70,” sambung Faisal Basri, Direktur Eksekutif IDEF.

Menurutnya, PT. GBU memiliki fasilitas pertambangan dan infra struktur hauling road, berdasarkan Laporan Keuangan, Audited KAP Anwar & Rekan per-31 Desember 2018 bernilai Rp. 1,770 Triliun. Nilai fasilitas pertambangan dan infra struktur bertambah besar, lantaran pada tanggal 5 Juli 2019, Adaro Capital Limited memberikan pinjaman dana sebesar Usd 100 juta dan/atau setara Rp. 1,4 Triliun kepada PT. GBU melalui PT. TRAM Tbk, untuk membangun jalan hauling dari PT. GBU menuju wilayah kerja tambang milik Adaro Group. Sehingga berdasarkan fakta ini nilai total pembiayaan fasilitas pertambangan dan infra struktur milik PT. GBU adalah sebesar Rp. 3,170 Triliun. Nilai total keekonomian dan/atau nilai pasar wajar (fair market value) 1 (satu) paket saham PT. GBU sebesar Rp. 12 Triliun adalah logis dan rasional. Kendati lelang menganut prinsip obyek yang dilelang dalam kondisi apa adanya (as is), dengan segala cacat/resiko fisik maupun non fisik. Maupun konsekuensi biaya tertunggak yang sudah ada maupun yang akan ada diatas obyek lelang. Sedangkan Kajari Kab. Kubar, Bayu Pramesti saat melakukan penyitaan asset di lapangan pada tanggal 15 Mei 2023 menyebutkan nilai aset PT. GBU sebesar Rp. 10 Triliun.

Kelompok Adaro Group adalah menjadi pihak yang paling berkepentingan dibalik peminjaman dana u s d 1 0 0 j u t a tersebut, lantaran memiliki minat yang tinggi. Adaro Group mempunyai potential target membawa batubara melewati jalan hauling PT. GBU sebanyak 600.000.000 MT, batubara yang bersumber dari: PT. MC, PT. LTC, PT. JY, PT. PPM, dan PT. BAKJ. Nilai bisnis yang menjadi ekspetasi Adaro Group dengan potential target membawa batubara melewati jalan hauling PT. GBU sebanyak 600.000.000 MT adalah bernilai sebesar Rp. 73,8 Triliun. Merujuk pada fakta Adaro Group sebagai pihak yang paling berkepentingan dan memiliki minat yang tinggi dibalik peminjaman dana u s d 1 0 0 j u t a kepada PT. GBU tersebut maka adalah tidak masuk diakal apabila ada yang berpendapat lelang saham PT. GBU tidak ada peminatnya.

FAKTA KEEMPAT, menurut Sugeng Teguh Santoso, SH, terdapat peran Kepala Pusat Pemulihan Aset (PPA) Kejagung RI, yang diduga sengaja “membatasi” penyebarluasan pengumuman lelang”, dengan cara memasang Iklan Pengumuman Lelang hanya 1 (satu) kali di Harian Rakyat Merdeka pada tanggal 31 Mei 2023. Padahal berdasarkan ketentuan Pasal 55 huruf a. PMK RI Nomor 213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang tanggal 22 Desember 2020, minimal sebanyak dua kali. Pembatasan penyebarluasan pengumuman lelang tersebut melanggar azas keterbukaan, transparan dan kompetitif, hal ini memberi petunjuk yang menggambarkan adanya persekongkolan jahat dalam lelang ini. Harian Rakyat Merdeka ternayata tidak beredar di Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan pasal 60 angka (1) PMK RI Nomor 213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang tanggal 22 Desember 2020, suratkabar yang digunakan untuk mengumumkan lelang harus terbit dan/atau beredar di kota atau kabupaten Barang berada.

FAKTA KELIMA, data-data sekunder yang menggambarkan besarnya nilai keekonomian tambang batubara dan bisnis infrasrtuktur dan logistik tambang PT. GBU terdapat dalam Daftar Barang Bukti yang disita oleh penyidik. Sehingga besarnya nilai keekonomian atau nilai pasar wajar (fair market value) 1 (satu) paket saham PT. GBU sedikitnya berkisar Rp. 12 Triliun tersebut, sejatinya telah diketahui dan/atau dipahami oleh Jampidsus menjabat sebagai Direktur Penyidikan pada Jampidsus Kejagung RI, selama proses penyidikan, setelah diterbitkannya Surat Perintah Penyidikan dugaan korupsi PT. Asuransi Jiwasraya, Nomor: Print-33/Fd.1/12/2019 tanggal 27 Desember 2019.

FAKTA KEENAM, dalam penawaran lelang hanya diikuti oleh satu perusahaan yakni PT. IUM, yang meskipun diperbolehkan berdasarkan PMK RI No: 213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang tanggal 22 Desember 2020, namun dapat dipandang bukanlah peristiwa yang serba kebetulan. Akan tetapi hal ini justeru menggambarkan adanya dugaan persekongkolan jahat dan/atau permufakatan jahat dan/atau tindak pidana korupsi dalam lelang 1 (satu) paket saham PT. GBU.

Ikuti kami di Google News

Pos terkait